KEPRIBADIAN MANUSIA DALAM ANTROPOLOGI

 

DIMAS ARIFIANTO SURYO (223300030055). FH UNIVERSITAS MPU TANTULAR JAKARTA


DEFINISI KEPRIBADIAN



Kepribadian merujuk pada kombinasi ciri-ciri psikologis, emosional, dan perilaku yang membedakan individu satu dari yang lain. Kepribadian melibatkan pola konsisten dari berbagai aspek psikologis individu, seperti pemikiran, perasaan, motivasi, nilai-nilai, dan perilaku yang diungkapkan dalam berbagai situasi.

Kepribadian mencakup karakteristik yang relatif stabil dan khas dari seorang individu yang mempengaruhi bagaimana individu berinteraksi dengan dunia dan orang di sekitarnya. Kepribadian membentuk pola berpikir, merasa, dan bertindak individu, serta memengaruhi pilihan, respon terhadap situasi, dan interaksi sosial.

Penting untuk diingat bahwa kepribadian tidaklah statis, tetapi dapat berubah sepanjang waktu melalui pengalaman, perkembangan pribadi, dan faktor lingkungan. Terdapat berbagai teori dan pendekatan yang berusaha untuk menjelaskan dan memahami kepribadian, termasuk teori psikologis seperti teori trait, teori psikoanalisis, dan teori sosial-kognitif, serta pendekatan budaya dan sosial dalam memahami kepribadian manusia.




Hubungan Antro dan kepribadian?

Antropologi adalah ilmu sosial yang mempelajari manusia dalam berbagai aspeknya, termasuk budaya, masyarakat, bahasa, sejarah, dan evolusi manusia. Kepribadian, di sisi lain, adalah aspek psikologis individu yang melibatkan pola perilaku, pemikiran, dan emosi yang konsisten dalam jangka waktu tertentu.

Meskipun pada pandangan awal mungkin terlihat bahwa antropologi dan kepribadian adalah dua bidang yang berbeda dan terpisah, namun keduanya sebenarnya dapat saling terkait dalam beberapa cara. Beberapa hubungan antara antropologi dan kepribadian antara lain:

  1. Budaya dan kepribadian: Budaya, yang merupakan salah satu fokus utama dalam antropologi, dapat mempengaruhi pembentukan kepribadian individu. Nilai-nilai, norma, dan tata cara dalam suatu budaya dapat membentuk pola perilaku dan pemikiran individu yang menjadi bagian dari kepribadian mereka. Misalnya, dalam budaya tertentu, kepribadian yang dianggap diinginkan atau ditekankan mungkin lebih condong ke arah ekstrovert, sementara dalam budaya lain, introvert mungkin lebih dihargai.

  2. Konteks sosial dan kepribadian: Antropologi memperhatikan konteks sosial di mana individu hidup dan berinteraksi, dan konteks sosial ini dapat mempengaruhi pembentukan kepribadian individu. Interaksi dengan keluarga, teman, dan masyarakat dapat membentuk pola perilaku dan pemikiran yang menjadi bagian dari kepribadian seseorang. Misalnya, individu yang tumbuh dalam masyarakat yang mementingkan nilai-nilai kolektivitas mungkin memiliki pola kepribadian yang berbeda dari individu yang tumbuh dalam masyarakat yang lebih individualistik.

  3. Studi kultur dan kepribadian: Antropologi juga dapat mempelajari variasi kepribadian dalam konteks budaya tertentu. Studi antropologi tentang kepribadian dapat menggali bagaimana konsep-konsep lokal tentang kepribadian dapat bervariasi antara budaya yang berbeda, termasuk bagaimana norma dan nilai budaya mempengaruhi pemahaman dan ekspresi kepribadian individu.

Namun, penting untuk diingat bahwa kepribadian juga merupakan hasil dari faktor-faktor biologis, genetik, dan pengalaman individu yang kompleks dan dapat bervariasi secara individual. Kepribadian adalah konsep multidimensional yang kompleks dan terbentuk oleh berbagai faktor, termasuk budaya dan konteks sosial di mana individu hidup. Kajian antropologi dapat memberikan wawasan yang berguna dalam memahami hubungan antara budaya, konteks sosial, dan kepribadian manusia.

Dalam ANTRO juga dikenal kepribadian barat dan kepribadian timur. Terdapat beberapa perbedaan dalam kepribadian antara budaya Barat dan Timur. Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua orang dalam budaya Barat atau Timur akan memiliki ciri-ciri yang sama, dan perbedaan ini dapat bervariasi tergantung pada individu dan latar belakang mereka. Berikut adalah beberapa perbedaan umum antara kepribadian Barat dan Timur:

  1. Individualisme vs. Kollektivisme: Budaya Barat, seperti di Amerika Serikat dan Eropa, cenderung memiliki nilai-nilai individualisme, di mana individu diutamakan, memiliki otonomi, dan sering kali dihargai untuk mencapai tujuan pribadi mereka. Di sisi lain, budaya Timur, seperti di Asia Timur seperti Jepang, China, dan Korea, cenderung memiliki nilai-nilai kollektivisme, di mana kelompok atau komunitas diutamakan, dan keharmonisan dalam hubungan sosial sangat ditekankan.

  2. Ekspresi Diri vs. Kontrol Diri: Individu dalam budaya Barat sering dianggap diberdayakan untuk mengekspresikan diri mereka sendiri secara bebas dan mengungkapkan perasaan mereka terbuka. Sebaliknya, dalam budaya Timur, kendali diri dan menghindari konflik sering kali dianggap penting. Ekspresi diri yang berlebihan dapat dianggap tidak sopan atau dianggap sebagai tanda kurangnya kontrol diri.

  3. Komunikasi Langsung vs. Tidak Langsung: Budaya Barat cenderung memiliki pola komunikasi yang lebih langsung, di mana orang cenderung berbicara secara terbuka dan jujur tentang pendapat mereka. Di sisi lain, dalam budaya Timur, komunikasi cenderung lebih tidak langsung, di mana pesan sering kali disampaikan secara tidak langsung atau melalui isyarat non-verbal, dan seringkali diharapkan untuk membaca antara baris dalam komunikasi.

  4. Penekanan pada Mandiri vs. Ketergantungan: Budaya Barat sering menghargai kemandirian dan otonomi, dan individu didorong untuk menjadi mandiri dan mandiri. Sebaliknya, dalam budaya Timur, penekanan seringkali ditempatkan pada ketergantungan, menghargai hubungan keluarga yang erat, dan individu diharapkan untuk menjaga hubungan harmonis dengan keluarga dan masyarakat mereka.

  5. Orientasi Waktu: Budaya Barat cenderung memiliki orientasi waktu yang berorientasi pada masa depan dan cenderung menghargai pengaturan waktu yang efisien. Di sisi lain, budaya Timur cenderung memiliki orientasi waktu yang berorientasi pada masa lalu dan menghargai nilai-nilai tradisional serta menghargai penghormatan kepada orang tua dan leluhur.

EXTROVERT INTRO ATAU AMBIVERT?




Proses terbentuknya kepribadian ekstrovert, introvert, dan ambivert dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang beragam, termasuk faktor genetik, pengalaman masa kecil, lingkungan sosial, dan interaksi sosial. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan kepribadian tipe ekstrovert, introvert, dan ambivert:

  1. Faktor Genetik: Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa faktor genetik dapat mempengaruhi kepribadian seseorang. Kepribadian diketahui memiliki komponen genetik yang dapat diwariskan dari orangtua ke anak. Beberapa studi juga menemukan bahwa individu dengan riwayat keluarga yang memiliki ciri kepribadian ekstrovert atau introvert cenderung memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk memiliki ciri kepribadian yang sama.

  2. Pengalaman Masa Kecil: Pengalaman masa kecil, termasuk pola asuh yang diterima, pengasuhan, dan lingkungan keluarga, juga dapat mempengaruhi pembentukan kepribadian. Misalnya, individu yang tumbuh dalam lingkungan yang mendorong ekspresi diri, interaksi sosial yang aktif, dan penghargaan terhadap tampilan yang percaya diri dapat lebih cenderung mengembangkan ciri kepribadian ekstrovert. Sebaliknya, individu yang tumbuh dalam lingkungan yang lebih tenang, reflektif, atau kurang berfokus pada interaksi sosial dapat cenderung mengembangkan ciri kepribadian introvert.

  3. Lingkungan Sosial: Lingkungan sosial, termasuk teman, keluarga, sekolah, dan masyarakat, juga dapat mempengaruhi pembentukan kepribadian. Interaksi sosial dengan orang lain, ekspektasi sosial, dan norma sosial dapat membentuk bagaimana individu berinteraksi dengan dunia luar dan mengungkapkan kepribadian mereka. Lingkungan yang mempromosikan interaksi sosial yang aktif, kompetisi, dan keterbukaan terhadap pengalaman baru dapat mendorong pengembangan ciri kepribadian ekstrovert. Di sisi lain, lingkungan yang lebih tenang, reflektif, dan menghargai privasi dapat mendorong pengembangan ciri kepribadian introvert.

  4. Interaksi Sosial: Pengalaman interaksi sosial yang dialami oleh individu juga dapat mempengaruhi pembentukan kepribadian mereka. Misalnya, individu yang sering berada dalam situasi sosial yang menuntut, seperti berbicara di depan umum, menjadi pemimpin, atau berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang ramai, mungkin mengembangkan ciri kepribadian ekstrovert sebagai hasil dari interaksi sosial tersebut. Di sisi lain, individu yang lebih nyaman dalam situasi sosial yang lebih tenang, seperti berbicara dalam kelompok kecil atau berfokus pada kegiatan individu, mungkin mengembangkan ciri kepribadian introvert.

  5. Faktor Individual: Faktor individual, termasuk faktor-faktor psikologis seperti temperamen dan karakteristik pribadi, juga dapat mempengaruhi


Antropologi kepribadian manusia adalah studi tentang bagaimana individu mengembangkan dan mengekspresikan kepribadian mereka dalam konteks budaya dan sosial. Kepribadian adalah kombinasi dari ciri-ciri psikologis, emosional, dan perilaku yang membedakan individu satu dari yang lain. Antropologi kepribadian manusia melibatkan penelitian tentang bagaimana faktor budaya, lingkungan, dan sosial mempengaruhi pembentukan dan ekspresi kepribadian individu.

Beberapa pendekatan dalam antropologi kepribadian manusia meliputi:

  1. Pendekatan Budaya: Antropologi kepribadian manusia mengakui peran budaya dalam membentuk kepribadian. Budaya, termasuk nilai-nilai, norma, dan tradisi yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat, dapat mempengaruhi bagaimana individu mengembangkan kepribadian mereka. Sebagai contoh, budaya yang menghargai keberanian dan kepercayaan diri mungkin mendorong pengembangan kepribadian yang ekspansif dan berani.

  2. Pendekatan Lingkungan: Antropologi kepribadian manusia juga mempertimbangkan peran lingkungan fisik dalam membentuk kepribadian. Lingkungan, seperti geografi, iklim, dan infrastruktur, dapat mempengaruhi pengembangan kepribadian individu. Sebagai contoh, lingkungan yang keras dan penuh tantangan fisik dapat membentuk kepribadian yang tangguh dan gigih.

  3. Pendekatan Sosial: Antropologi kepribadian manusia memperhatikan peran interaksi sosial dalam membentuk kepribadian. Hubungan sosial, seperti keluarga, teman, dan masyarakat, dapat mempengaruhi cara individu mengembangkan kepribadian mereka. Sebagai contoh, pola asuh yang diterima dari keluarga atau interaksi dengan teman sebaya dapat membentuk kepribadian individu.

  4. Pendekatan Psikologi: Antropologi kepribadian manusia juga menggabungkan prinsip-prinsip psikologi dalam memahami kepribadian individu. Faktor-faktor psikologis seperti temperamen, pengalaman masa kecil, dan proses kognitif dapat mempengaruhi pembentukan kepribadian individu dalam konteks budaya dan sosial.



Dalam studi antropologi kepribadian manusia, peneliti juga mempelajari variasi kepribadian di antara kelompok manusia yang berbeda, seperti kelompok etnis, kelompok agama, dan kelompok sosial ekonomi yang berbeda. Dengan demikian, antropologi kepribadian manusia membantu kita memahami kompleksitas dan keragaman kepribadian manusia dalam konteks budaya dan sosial. Tentunya, ada juga Istilah "kepribadian pemenang" tidak merujuk pada tipe kepribadian yang diakui dalam psikologi atau ilmu kepribadian. "Kepribadian pemenang" mungkin merujuk pada pandangan atau konsep subjektif yang lebih terkait dengan keyakinan atau sikap individu terhadap diri mereka sendiri atau orang lain yang dianggap sebagai pemenang dalam berbagai aspek kehidupan, seperti dalam kompetisi, pencapaian, atau keberhasilan.


Namun, penting untuk diingat bahwa konsep kepribadian kompleks dan melibatkan banyak faktor yang beragam. Kepribadian bukanlah sesuatu yang dapat dikelompokkan menjadi kategori pemenang atau pecundang secara sederhana, karena kepribadian seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti pencapaian atau kesuksesan, tetapi juga oleh faktor internal seperti nilai-nilai, temperamen, pengalaman hidup, dan interaksi sosial.

Penting untuk menghindari memberikan penilaian atau label pada kepribadian seseorang berdasarkan pandangan subjektif tentang "kepribadian pemenang" atau "kepribadian pecundang". Setiap individu memiliki keunikan dalam kepribadian mereka sendiri, dan kepribadian yang dianggap sebagai "pemenang" atau "pecundang" dapat bervariasi dalam konteks yang berbeda-beda. Lebih baik untuk menghargai keragaman kepribadian dan menerima setiap individu sebagai individu yang berharga tanpa menilai atau mengkategorikan mereka berdasarkan pandangan subjektif tentang "kepribadian pemenang".


REFERENSI

Serepina Tiur Maida,S.sos, M.Pd, M.I.Kom , C.A.C,  Sumber Materi Presentasi PPt Kelompok ( 3 ) Tentang Antripologi dalam Kepribadian , 2023

https://www.kompasiana.com/honey95t/55290b58f17e61a42e8b45fb/kepribadian-dalam-antropologi



Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Konsep Tentang Unsur Unsur Kebudayaan dalam Antropologi

PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN SDM DAN ETIKA BERKOMUNIKASI